KULIT
Pitiriasis
Versicolor (Panu)
1. Definisi
Pitiriasis versikolor yang disebabkan
Malassezia furfur Robin (BAILLON 1889) adalah penyakit jamur superfisial yang berupa bercak berskuama
halus yang bewarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan
kadang-kadang menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher muka
dan kulit kepala yang berambut.
2. Etiologi
a.
Infeksi Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare,
Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di
keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas & menimbulkan gangguan pada keadaan-keadaan tertentu.
b.
Faktor
kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem kekebalan tubuh/imun
penderita. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cell-mediated
immunity) berperan pada penyebab timbulnya penyakit.
3.
Manifestasi klinis
Biasanya timbul makula dalam berbagai
ukuran dan warna, terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk
tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus
dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan) sehingga ada kalanya
penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh
toksis jamur terhadap pembentukan pigmen. Keluhan gatal ringan dan bercak hipopigmentasi,
merupakan salah satu alasan penderita datang berobat.
Kasus
Tn. M
berprofesi sebagai kuli bangunan datang ke poli kulit RS Dr. Soetomo dengan
keluhan gatal-gatal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, terdapat
bercak-bercak putih terutama di bagian lipatan kulit dan leher. Klien
mengatakan mandi 2 kali sehari, mengganti baju 1 kali sehari. Klien sebelumnya
menggunakan obat panu yang dijual bebas di pasar namun, setelah satu minggu
pemakaian belum ada perubahan.
Dx.medis : Pitiriasis versikolor
(panu)
Dx.keperawatan
: Gangguan rasa nyaman: gatal
4.
Penanganan Pitiriasis
Versicolor (Panu)
Health Education:
a.
Keringkan handuk setelah dipakai dan
ganti sesering mungkin
b.
Mandi rutin (minimal 2 kali sehari),
memakai sabun dan bersih
c.
Simpan atau gantung pakaian di tempat
kering
d.
Pola hidup sehat. Hal-hal yang
mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara yang panas, lembab, kebersihan diri
yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-obatan yang lama,
adanya penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan penyakit endokrin (diabetes
mellitus).
e.
Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya
bila udara terasa panas, maka kita harus rajin menyeka keringat yang menempel
di badan.
f.
Selain itu, setelah terkena air, maka
sebaiknya segera mengeringkannya, karena jamur senang dengan tempat yang
lembab. Dianjurkan pula untuk menggunakan pakaian, ataupun handuk secara
terpisah antar keluarga.
g.
Sebaiknya pula menjaga keseimbangan
berat badan. Sebab, pada orang yang mengalami kegemukan (obesitas),
umumnya lebih banyak mengeluarkan keringat.
h.
Pada
pagi hari hingga siang membuka ventilasi jendela kamar, agar sirkulasi udara
dapat berjalan baik dan terkena sinar matahari.
i.
Rajin menjemur kasur, agar bila ada
jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa mati terkena terik matahari.
Kolaborasi:
1. Profilaksis
Kekambuhan penyakit ini biasanya terjadi namun dapat
ditangani dengan pengobatan profilaksis.
2.
Agen Topikal
Agen topikal yang efektif untuk
mengobati panu misalnya, (Rekomendasi dari Craig G Burkhart, MD, MPH, seorang
profesor klinis di Medical
College of Ohio at Toledo, Ohio University School of Medicine) :
a. selenium sulfide lotion,
diberikan pada kulit yang terkena panu setiap hari selama 2 minggu. Biarkan
obat ini di kulit selama setidaknya 10 menit sebelum dicuci. Pada kasus yang
resisten, pemberian malam hari dapat membantu.
b. sodium sulfacetamide,
c. ciclopiroxolamine,
d. Topical azole antifungals dapat diaplikasikan setiap malam
selama 2 minggu
e. Topical allylamines efektif secara mikologis dan klinis.
3. Terapi Oral
a.
Ketoconazole. Dosis: 200-mg
setiap hari selama 10 hari dan sebagai dosis tunggal 400 mg.
b. Fluconazole. Dosis: dosis tunggal
150-300 mg setiap minggu selama 2 - 4 minggu.
c. Itraconazole.
Dosis: 200 mg/hari selama 7 hari.
Terapi Tradisional
Berikut beberapa ramuan tradisional untuk menyembuhkan
panu:
a. Potong satu ujung lengkuas yang masih segar, lalu celupkan pada
bubuk belerang kemudian digosokan pada kulit yang terkena panu atau kudas.
Lakukan rutin dua kali sehari
b. Tumbuk halus satu lembar daun tembakau, kemudia dioleskan pada kulit
yang terserang panu atau kudas. Lakukan secara teratur dua kali
dalam satu hari.
c. Ambil tiga butir bawang putih dan lima lembar
daun jinten, lala ditumbuk halus. Beri minyak kelapa secukupnya, aduk hingga
merata. Oleskan pada kulit yang terkena panu dan atau kudas. Oleskan dua kali
sehari
REFERENSI
- Harahap
Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Jakarta. EGC
- Djuanda,
adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Mansjoer
Arif.dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Media Aesculapius. :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Brooks.F.Geo.dkk. Mikrobiologi Kedokteran. 2006.
Jakarta. EGC
LUKA BAKAR
1. Definisi
Luka
bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah
RSUD Dr.Soetomo, 2001). Klasifikasi luka bakar meliputi tingkat I: Hanya
mengenai epidermis, tingkat II: dibagi menjadi superfisial dan dalam, tingkat III:
Mengenai seluhur tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial.
2. Analisis
kasus
Ny.
Z (26 tahun) datang ke RS. Dr. Soetomo dengan keluhan luka bakar pada perut dan
kedua kaki (tibia-pedis) akibat kecelakaan angkot yang terguling dan terbakar.
Pasien rujukan dari RS. Gresik. Pasien didiagnosa dengan Combutio grade II AB
35%+fraktur humerus sinistra 1/3 distal. Pasien mendapatkan terapi infuse
Tutofusin 1000 cc/24 jam, infuse kalbamin, meropenom 3x1 mg, omeprazole 1x40
mg, ondancentron 2x1 ampul, vitamin C 2x2 ampul, transamin 3x1 ampul, novalgin
3x1 ampul, susu 4x250cc, AP min 1000, dulcolax 1x1 bila perlu, ekstra jus buah,
ekstra agar-agar, bubur kasar TKTP.
1.
ROS
(Review of System)
Breathing (B1) :
irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, RR:22x/m
Blood (B2) :
TD : 124/67 mmHg, N : 120 x/m, suhu : 380 C, irama jantung regular, suara
jantung normal, CRT <2 detik.="" o:p="">2>
Brain (B3) : GCS : 4-5-6, konjunctiva anemis, nyeri
pada bagian tubuh yang terbakar.
Bladder (B4) : produksi urine ± 8500 cc/hari, intake
cairan oral : 7000cc/hari, parenteral : 2100 cc/hari, pasien memmakai alat
bantu kateter sejak 20 Mei 2011.
Bowel (B5) : mukosa mulut bersih, abdomen tegang,
sudah 7 hari pasien belum BAB, nafsu makan menurun, diet lunak.
Bone (B6) : pergerakan sendi terbatas, fraktur
humerus sinistra 1/3 distal, luka bakar grade II AB, luas : 35%.
2.
Intervensi
keperawatan
1)
Dx
: Gg. Rasa nyaman : Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder
terhadap luka bakar.
Tujuan :
Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria
hasil :
- Klien
mengungkapkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, menunjukan ekspresi wajah
rileks, skala nyeri 0-1
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji
tingkat nyeri, catat lokasi, karateristik, durasi, dan skala nyeri (0-10)
b.
Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
c.
Kolaborasi analgesik
|
a.
Sebagai pengukur intervensi.
b.
Akan
melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan.
c.
Analgesik
memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang.
|
2)
Dx
: Kerusakan integritas kulit b.d trauma sekunder terhadap kerusakan jaringan
karena destruksi lapisan kulit (partial).
Tujuan : dalam
perawatan 2x24 jam Px menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil :
- pasien menunjukkan turgor kulit normal, Integritas kulit pasien pulih.
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan
kontrol infeksi.
b.
Pasang balutan (kain nilon/membrane silikon) pada
seluruh area luka
|
a.
Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan
resiko infeksi/kegagalan kulit.
b.
Kain nilon mengandung kolagen porcine peptida yang
melekat pada permukaan luka
|
3.
Penatalaksanaan
Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama
dengan memberi pengertian serta memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang
berkecimpung dengan berbagai penyebab luka bakar. Penggunaan bahan-bahan
isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko kejadian luka bakar.
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar,
seperti pada penderita trauma-trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan
sistematik. Prioritas pertama pada penderita luka bakar yang harus diperhatikan
ialah jalan napas, proses bernapas, dan perfusi sistemik. Bila diperlukan,
harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau pemasangan infus untuk
mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis untuk mengetahui
penyebab dan memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan fisik untuk
memperoleh kelainan pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila penderita
terjebak pada ruang tertutup, maka perlu dicurigai kemungkinan trauma inhalasi.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan derajat dan luas luka bakar.
Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila
akan melakukan pemeriksaan. Penderita harus dijauhkan dari sumber panas,
termasuk melepas pakaiannya bila terbakar. Untuk membebaskan jalan napas dapat
dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan resusitasi, dapat diberikan cairan
Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/ jam. Dilakukan pemasangan kateter Foley
untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta pemasangan pipa nasogastrik
untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan
morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka bakar ialah
golongan opioid, NSAID, dan obat anestesi.
Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan.
Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Setelah bersih
dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai tebal. Rawat tertutup dengan
kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan penderita
dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30.
Berdasarkan penelitian, pemberian propanolol dapat
menghambat proses metabolisme sehingga memberikan kesempatan tubuh mengadakan
respon anabolic untuk proses penyembuhan pasien. Pada evaluasi pemberian
propanolol jangka panjang belum ditemukan efek samping.
4.
Manajemen Luka
Bakar Dgn Madu
Khan
et al (2007), mendeskripsikan fakta nutrisional dari madu. Rata-rata, madu
tersusun atas 17,1 % air, 82,4% karbohidrat total, dan 0,5% protein, asam
amino, vitamin dan mineral. Sebagai agen penyembuh luka, madu memiliki 4
karakteristik yang efektif melawan pertumbuhan bakteri. Karakteristik itu itu
adalah tinggi kandungan gula, kadar kelembapan rendah, asam glukonik (yang
menciptakan lingkungan asam, pH 3,2-4,5) dan hidrogen peroksida. Kadar gula
yang tinggi dan kadar kelembapan yang rendah akan membuat madu memiliki
osmolaritas yang tinggi, yang akan menghambat pertumbuhan bakteri.
Subrahmanyam
(1998) membandingkan keefektifan madu dan silver sulphadiazine (SSD) pada luka
bakar superficial. Beliau menemukan bahwa pada hari ketujuh observasi, 84%
pasien yang dirawat menggunakan madu menunjukkan epitelialisasi yang memuaskan,
dan pada luka-luka yang dirawat dengan SSD 72% epitelialisasi dengan sel
inflamasi. Pada hari keduapuluh satu, 100% epitelialisasi dicapai oelh luka
yang dirawat dengan madu, sedangkan luka yang dirawat dengan SSD 84% nya
mengalami epitelialisasi. Moore et al (2001) mengidentifikasi bahwa waktu
penyembuhan luka lebih singkat secara signifikan pada madu, tetapi kepercayaan
diri untuk menggunakan madu dalam lingkup klinis masih rendah.
Secara
histologis, madu dapat menstimulasi pertumbuhan jaringan, mengurangi inflamasi
dan meningkatkan epitelialisasi (Oryan, 1998 cit. Molan, 2006). Secara
makroskopis riset juga menunjukkan fungsi debridement dari madu.
Pada
luka yang dirawat dengan madu, menunjukkan kontrol infeksi yang lebih baik
dibandingkan dengan luka yang dirawat dengan SSD. Kejadian alergi terhadap madu
sangat jarang, meskipun mungkin ada respon alergi terhadap polen atau protein
lebah yang terkandung didalam madu.
Referensi
Anonim.
2008. Perawatan Luka Bakar. http://bedahumum.wordpress.com/2008/12/06/perawatan-luka-bakar/. 16 Juni 2011
Anonim.
2010. Manajemen Luka Bakar. http://tbm110.0rg/artikel-medis/manajemen-luka-bakar. 16
Juni 2011
Carpenito,J,L. 1999. Rencana
Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan).
Jakarta: EGC
Dahlan, Ishandono dan M. Rosadi
Siswandana. 2002. Penggunaan Propanolol Untuk Menghambat Proses Katabolisme
Pada Pasien Luka Bakar, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran XXXVI (1) UGM. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/tipejurnal.php/. 16 Juni
2011
Doenges M.E.1989. Nursing
Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A.
Davis Company. Philadelpia.
Kartini,
Monica. 2009. Efek Penggunaan Madu dalam Manajemen Luka Bakar, Jurnal
Kesehatan, Volume 2 No. 2.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22091720.pdf. 16 Juni 2011
Khan
et al. 2007. Review Article: Honey: Nutritional and Medicinal Value,
International Journal of Clinical Practice. Volume 61, Number 10. http://www.blackwell-synergy.com.
Tanggal 16 Juni 2011
Moore
et al. 2001. Systematic Review of The Use of Honey as a wound Dressing.
BMC-Complementary and Alternative Medicine, Volume 1:2, Database of Abstrac of
Review of Effect (DARE). http://www.crd.york.ac.uk/CRDWeb/ShowRecord.asp?ID=12001008179.
Tanggal 16 Juni 2011
Subrahmanyam,
M. 1998. A Prospective Randomised Clinical and Histological Study of Superficial
Burn Wound Healing with Honey and Silver Sulfadiazine, Journal of The
International Society for Burn Injuries, Volume 24, Issue 2.
ACNE
1.
Definisi
Acne adalah
penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat
predileksinya. (Sjarif M. Wasiaatmadja).
Acne
merupakan gangguan dari suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar talg yang
terutama terdapat di kulit muka dan juga punggung dan dada (Drs.Kirana Admaja,
dkk)
2. Etiologi
Belum diketahui
dengan jelas. Diduga karena sumbatan kelenjar minyak oleh keratin dan
peningkatan sekresi sebum yang dirangsang hormon androgen pada kulit, bila
terkena infeksi bisa menjadi bisul dan bernanah. Acne tampaknya berasal dari
interaksi faktor genetik, hormonal, dan bakterial. Pada sebagian kasus terdapat
riwayat acne dalam keluarga. Acne juga disebabkan oleh kosmestik dan pelembab
yang bahan dasarnya dari minyak dan menimbulakan komedo. Faktor-faktor mekanik,
seperti mengusap, menggesek, tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan
kelenjar sebasea dapat memperburuk acne yang sudah ada. Agen komedogenik
seperti petrolatum dan komestik yang mengandung minyak juga dapat meransang
acne.
3.
Manifestasi
klinis
Bentuk lesi akne vulgaris
adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Bila terjadi peradangan akan
terbentuk papula, pustula, nodul, dan kista. Dan bila sembuh lesi dapat
meninggalkan eritema dan hiperpigmentasi pascainflamasi, bahkan dapat terbentuk
sikatrik seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. Lesi terutama timbul di
daerah yang banyak mempunyai kelenjar palit, seperti muka, punggung, dan dada.
4. Penatalaksanan Acne
1.
TRADISONAL
a.
Menggunakan
buah belimbing wuluh dan air garam
Pemakaian : Buah
belimbing wuluh dicuci, kemudian ditumbuk halus setelah itu bahan di remas
dengan air garam secukupnya. Gosokkan ramuan ini di muka yang berjerawat.
b.
Menggunakan
air kelapa
Secara umum,
100ml air kelapa mengandung 294 mg potassium, 25mg sodium, 5 mg gula, 118 mg
chloride. Kombinasi ini cukup meyakinkan untuk membuat kulit jauh dari masalah
akibat bakteri, seperti jerawat. Selain itu, air kelapa juga mengandung sitokinin.
Berdasarkan penelitian, sitokinin mampu membantu pertumbuhan dan regenerasi sel
kulit sehingga sangat baik untuk menyembuhkan bekas luka karena jerwat
Pemkaian :
bersihkan luka kemudian oleskan air kelapa pada kulit yang bermasalah atau
gunakan sebagai masker di malam hari sebelum tidur. ( sidudut.blogspot.com )
2.
MEDIS
Jerawat ditatalaksanai dengan menggunakan gel atau
krim (perawatan topikal) seperti:
a.
Benzoil
Peroksida, yakni membantu mencegah kulit mati dan membunuh bakteri pada kulit
yang dapat menyebabkan folikel terinfeksi. Efek sampingnya meliputi kulit
kering dan tegang, Gatal, atau sensasi menyengat, kemerahan dan Pengelupasan
kulit.
b.
Retinoid
Topikal, bekerja dengan mengurangi produksi sebum dan mencegah sel-sel kulit
mati penyumbatan folikel rambut. Efek samping yang paling umum retinoid topikal
adalah iritasi ringan dan menyengat kulit.
c.
Antibiotik
Topikal, membantu membunuh bakteri pada kulit yang menginfeksi folikel rambut.
Efek sampingnya yaitu iritasi kecil pada kulit, kemerahan, kulit terbakar, dan
kulit mengelupas.
d.
Asam
Azelat, digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk jerawat jika efek samping
dari benzoil peroksida atau retinoid topikal sangat mengganggu atau
menyakitkan. Asam azelat bekerja dengan menyingkirkan kulit mati dan membunuh
bakteri. Asam azelat tidak membuat kulit sensitif terhadap sinar matahari
sehingga tidak harus menghindari paparan sinar matahari.
3.
PENATALAKSANAAN
TERBARU
1. Dengan
menggunakan laser.
Laser Jerawat adalah salah satu
bentuk pengobatan yang aman, efektif, efisien, tidak menimbulkan efek samping
dan tanpa rasa sakit. Juga tanpa pengelupasan kulit, pengelupasan kulit serta
tanpa pengeluaran darah. Proses pengobatan laser ada dua cara, cara pertama
adalah membunuh langsung bakteri penyebab jerawat dan merangsang produksi
kolagen yang dapat menghilangkan noda/scar bekas jerawat. Cara kedua
adalah dengan memberhentikan produksi minyak yang dikeluarkan kelenjar sebasea.
2. Proses mikrodermabrasi
Alat khusus untuk mengikis
lapisan kulit terluar kita. Ada 3 macam alat mikrodermabrasi,
diantaranya adalah Diamond tip, Kristal aluminium dan Geometric
matrix point. Penggunaan alat mikrodermabrasi dengan Diamond
tip, dipergunakan semacam bahan berlian pada ujung hand piece-nya.
Mata berlian ini akan bersentuhan langsung dengan kulit pasien, melakukan
abrasi sampai lapisan kulit terluar yang sudah mati terkikis habis. Setelah
alat mikrodermabrasi ini digunakan, hendaknya ada suatu proses
sterilisasi, agar terhindar dari resiko penularan penyakit terhadap pasien
lainnya. Sedangkan proses mikrodermabrasi
dengan kristal menggunakan micro-crystals alumunium oksida yang
telah steril langsung diabrasikan pada kulit wajah dengan menggunakan sebuah
selang kecil, bersamaan dengan itu digunakan pula semacam alat vacuum untuk
menyedot kembali butiran-butiran kristal alumunium tadi yang telah bercampur
dengan kulit yang telah mati selama proses pengikisan. Pada alat
mikrodermabrasi menggunakan Geometric matrix point, alat
kecil yang berupa metalic rim, menyerupai sebuah logam dengan
kekasaran yang merata, sehingga mampu mengabrasi kulit secara efektif.
STUDY
KASUS
Ny.
S datang ke RS dengan keluhan adanya bintik-bintik di wajahnya dengan ukuran
bervariasi yang menyebabkan kulitnya rusak dan nyeri. Bintik- bintik di
wajahnya ini sudah dialami klien sejak 1 bulan yang lalu dan klien merasa malu.
Dari
pemeriksaan didapatkan adanya papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat
predileksi, tampak adanya pus dan kemerahan.
INTERVENSI
1.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit ditandai
dengan adanya papul,pustul, nodus dan lesi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Dorong
klien untuk menghindari semua bentuk friksi (menyentuh, menggaruk dengan
tangan) pada kulit
|
Mencegah
penularan bakteri yang dapat memperparah infeksi pada lesi kulit
|
2.
|
Anjurkan
pasien untuk dapat merawat kulit dengan bersih dan benar.
|
Perawatan
kulit yang benar mengurangi resiko terakumulasinya kotoran di kulit
|
3.
|
Motivasi
pasien untuk tetap mengkonsumsi obat dan makanan yang mengandung cukup
gizi
|
Untuk
memperlancar proses penyembuhan.
|
4.
|
Observasi terhadap eritema dan palpasi
area sekitar terhadap kehangatan
|
Kehangatan
merupakan tanda adanya infeksi.
|
5.
|
Kolaborasi pemberian antibiotik
topical
|
Untuk
menghambat pertumbuhan bakteri
|
2.
Gangguan
konsep diri berhubungan dengan adanya lesi pada kulit yang mempengaruhi
penampilan
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsi tentang efek penyakitnya
|
Dengan
mengungkapkan perasaan, dapat mengurangi beban secara psikologis
|
2.
|
Dorong
individu untuk bertanya masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa
kesehatan.
|
Untuk
menilai tingkat pengetahuan pasien dan dapat memberikan masukan-masukan baru
yang bermanfaat bagi kesembuhannya
|
3.
|
Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan diperkuat informasi yang telah diberikan.
|
Meningkatkan
pengetahuan pasien, agar berperilaku sehat dan mencegah perkembangan penyakit
yang lebih parah lagi
|
4.
|
Anjurkan
untuk berbagi dengan individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting
untuk mereka
|
Dengan
mengungkapkan, saling berbagi, dapat mengurangi beban secara psikologis
|
3.
Resiko
infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustul
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Ajarkan
pasien agar dapat mengidentifikasikan perubahan yang terjadi pada kulit
sedini mungkin.
|
Memandirikan
pasien terhadap tanda-tanda infeksi, agar pasien dapat melakukan pengobatan
secepat mungkin ketika terjadi perubahan pada kulitnya
|
2.
|
Demonstrasikan
perawatan kulit dan tekankan pentingnya tehnik aseptik.
|
Perawatan
kulit yang benar (aseptic) mencegah infeksi yang berkelanjutan
|
3.
|
Tekankan
pentingnya diet nutrisi yang bergizi untuk meningkatkan pemulihan
|
Nutrisi
yang bagus meningkatkan imunitas tubuh terhadap perkembangan bakteri
|
4.
|
Jelaskan
hal-hal yang dapat menimbulkan infeksi lain
|
Meningkatkan
pngetahuan pasien agar berperilaku sehat yang mencegah mencegah infeksi yang
lebih parah lagi
|
DAFTAR PUSTAKA
Basuki,
Kinkin S. 2008. Tampil Cantik Dengan
Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia pustaka utama
Hariana.Drs.H.
Arif.2008.812 Resep Untuk Mengobati 236
Penyakit.Jakarta:Penebar Swadaya
Mcclockey C, Joanne, Gloria M Bulechek
1996, Nursing Intervention Classification
(NIC), Mosby Year Book, St.Louis.
Sjamsuhidajat
R, de Jong W 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta , p.570-579.
Tan,Drs.
H. T dan Drs. Kirana Rahardja.2010.Obat-obat
Sederhna Untuk Gangguan Sehari-hari.Jaakarta:Elex media Komputindo.
Webmaster.2010.
Available From: http://www.masrie.co.cc/2010/09/askep-acne-dengan-klien-acne-vulgaris.html diakses tanggal 16 Juni 2011
Webmaster.2010.
Available From: http://jhon-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/akne-vulgaris-part-2.html
diakses tanggal 16 Juni 2011
Yatim, Dr.
Faisal.2005.30 Gangguan Kesehatan Pada
Anak Usia Sekolah.Jakart:Pustaka populer Ober.
SCABIES
1. Definisi
Scabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei yang termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo ackarima,
superfamili sarcoptes. Sarcoptes scabiei
yang lain seperti pada kambing dan babi. Terdapat tanda dan gejala (4 tanda
kardinal) yaitu Pruritus nokturna, menyerang manusia secara kelompok,
terowongan pada tempat predileksi (garis lurus atau berkelok kurang lebih 1cm,
putih keabu-abuan, diujungnya terdapat papul atau vesikel) dan ditemukan
tungau. (Dasar diagnosis 2 dari 4 tanda kardinal).
2. Kasus
An.
A (13 tahun) diantar ibu ke poli kulit-kelamin tanggal 15 Mei 2011 dengan
keluhan gatal dan kemerahan pada kaki, ketiak dan pantat. sejak 3 bulan yang lalu
terutama pada malam hari dan disertai demam. Untuk mengurangi keluhan, ibu
menaburi tubuh pasien dengan bedak bayi dan terkadang dengan minyak kelapa dan
keluhan dinyatakan dapat berkurang. Pasien tinggal bersama orang tua dan
riwayat orang sekitar mengalami keluhan yang sama dengan pasien, yaitu kakak
pasien. Riwayat pengobatan : ini merupakan kunjungan pasien yang kedua. Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya disangkal ibu pasien. Riwayat alergi dan penyakit
atopi disangkal.
3. Pembahasan
Berdasarkan
anamnesa kasus di atas, didapatkan pasien dengan keluhan : gatal-gatal dan
timbul kemerahan pada kaki,ketiak dan
pantat. Gatal dirasa makin hebat pada malam hari. Pasien juga tinggal bersama
orang tua di rumah dan riwayat orang sekiktar yang mengalami keluhan sama
dengan pasien. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit scabies dimana hal
ini sesuai dengan teori yang ada bahwa ditemukan 2 dari 4 tanda cardinal
scabies, maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Dimana tanda cardinal yang
ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang sekitar pasien yang
mengalami keluhan yang sama.
Prognosis dari scabies yang diderita
pasien pada umumnya baik, bila diobati dengan benar dan juga dihindari faktor
pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu juga perlu
dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Bila dalam perjalanan scabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam
tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei.
a.
Pengobatan
Medis
Pada pasien ini
penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara topical dan
sistemik. Syarat pengobatan adalah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk yang tanpa gejala)
Jenis-jenis obat
:
1.
Sulfur
presipitatum 4-20% salep atau krim.
Efektif terhadap
stadium dewasa (> 3 hari), namun salep ini sedikit berbau, jika terkena
pakaian akan menimbulkan noda, terkadang menimbulkan iritasi namun masih dalam
batas normal serta aman digunakan pada bayi.
2.
Gamabenzenheksaklorida
atau gameksan (GBH) 1% krim atau lotion.
Efektif
terhadapa semua stadium, jarang menimbulkan iritasi, dan tidak dianjurkan pada
anak < 6 tahun dan wanita hamil karena bersifat toksik terhadap system
syaraf pusat.
3.
Krotamiton
10% krim atau lotion.
Mempunyai 2 efek
sebagai antiskabies dan antigatal.
4.
Permetrin
5% krim.
Toksisitas lebih
rendah daripada gameksan dan digunakan satu kali pemakaian selama 10 jam. Akan
tetapi obat ini tidak dianjurkan untuk bayi < 2 bulan.
b.
Pengobatan
tradisional
Ada beberapa
tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengobati penyakit
scabies, diantaranya :
1.
Daun
salam
Kandungan daun
salam terdapat antipruritus yang dapat mengobati penyakit scabies.
Cara pemakaian :
Cuci daun, kulit, batang, atau akar salam seperlunya sampai bersih, lalu giling
halus sampai menjad adonan, seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit,
kemudian di balut.
2.
Biji
Pinang
Pinang mempunyai
beberapa sifat yang adapat menyembuhkan penyakit diantaranya, bersifat
anthelmintica.
3.
Daun
buah srikaya
Kandungan : daun
buah terdapat astringen, antiradang, antheimetik, serta mempercepat pemasakan
bisul dan abses, sifatnya sedikit dingin.
4. Intervensi
1.
Diagnosa : Gangguan
rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan respon alergi
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam klien merasa
nyaman dan tidak merasa gatal-gatal
Kriteria
Hasil: - Klien tidak mengeluh gatal-gatal
-
Klien tidak menggaruk kulitnya
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Jelaskan
gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan
prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
|
dengan mengetahui proses fisiologis dan
psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa
kooperatif.
|
Cuci
semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan
kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
|
gatal sering disebabkan oleh dampak iritan
atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian
|
Kolaborasi
pemberian
anti-histamin
|
antihistamin
dapat mengurangi alergi
|
2.
Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gigitan Sarcoptes scabiei
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan elama
1X24jam diharapkan lapisan kulit klien
terlihat normal
Kriteria Hasil :
-
Integritas kulit yang bak dapat
dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
-
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
- Perfusi jaringan baik
- Perfusi jaringan baik
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
hindari
manipulasi kulit (menggaruk,menggunakanhanduk,dan pakaian yang kasar
|
Agar tidak merusak kontinuitas jaringan
kulit.
|
Monitor kulit akan adanya kemerahan
|
Untuk mendeteksi dini adanya resiko kerusakan
integritas kulit
|
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
|
Mengurangi kerusakan integritas kulit yang
lebih parah
|
Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid / antibiotik topical
|
mengurangi rasa gatal & mencegah
infeksi
|
3.
Diagnosa : Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman
(gatal)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24jam, kualitas tidur klien
meningkat
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan ada peningkatan rasa
sehat dan merasa dapat beristirahat
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kebutuhan istirahat klien
|
Mengetahui tingkat kebutuhan klien untuk
dilakukan tindakan
|
Anjurkan keluarga klien untuk membersihkan
tempat tidur (mengganti sprei, menjemur kasur, dsb)
|
Memberantas habitat Sarcoptes scabiei yang bersarang di tempat tidur. Tempat yang
bersih menurunkan resiko dihuni oleh kuman-kuman penyebab gangguan kulit
|
Teknik relaksasi
|
Keadaan rileks dapat mengurangi ketegangan
klien. Lingkungan yang tenang merupakan salah satu hal yang mendukung
terpenuhinya kebutuhan istirahat klien
|