CARA PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING

Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture  balance  ini dikenal sebagai metode modern dressing.Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat.
Pada luka akut,  moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines,  dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.

Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan menurun-kan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama,  debridement  jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka. Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern me-miliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel. Hydrogel  berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur  gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga  sampai lima hari, sehingga  tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan.

Jenis  modern dressing lain, yakni Ca Alginat,kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka.

Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih  bahan balutan yang menyerap cairan seperti  foam, sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi  gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka.

PENGKAJIAN LUKA
1.  Status nutrisi pasien: BMI ( body mass index), kadar albumin
2.  Status vaskuler: Hb, TcO2
3.  Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
4.  Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
a)  Warna dasar luka
  • Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).

b)  Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c)  Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e)  Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f )  Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

Gambar 1. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang dan selalu tampak lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi, karenanya luka mudah berdarah.

Gambar 2. Luka dengan warna dasar kuning/kuning kecoklatan/kuning kehijauan/kuning pucat dalah jaringan nekrosis merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskuler.

Gambar 3. Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan avaskuler.


Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah  RYB/Red Yellow Black (Merah – Kuning – Hitam).
a.  Luka dasar merah (Gambar 1):
  • Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah  adalah mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.

b.  Luka dasar kuning (Gambar 2):
  • Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis  debridement  agar luka berwarna merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau  tidak sedap dan mengurangi/menghindari kejadian infeksi.

c.  Luka dasar hitam (Gambar 3):

  • Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik dengan autolysis debridement maupun dengan pembedahan.


PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MODERN WOUND DRESSING
Prinsip dan Kaidah Balutan luka  (wound dressings)  telah mengalami perkembangan sangat pesat
selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain:

  1. Mempercepat i brinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh neutroi l dan sel endotel dalam suasana lembap.
  2. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
  3. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika di-bandingkan dengan perawatan kering.
  4. Mempercepat  pembentukan  growth factor.  Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
  5. Mempercepat pembentukan sel aktif.


Pada keadaan lembap, invasi neutroi l yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.

Pemilihan Balutan Luka
Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia untuk menangani luka kronis. Bahan  modern wound dressing dapat berupa hidrogel,  film dressing, hydrocolloid ,  calcium alginate ,  foam/ absorbant  dressing,  antimicrobial dressing, antimicrobial hydrophobic.

Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai  dressing primer dan memerlukan balutan sekunder (pad /kasa dan transparent film).
Topikal ini tepat digunakan untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan eksudat minimal atau tidak ada.

Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai  secondary dressing  dan untuk luka-luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka post-operasi.
Terbuat dari  polyurethane film  yang disertai perekat adhesif; tidak menyerap eksudat.
Indikasi: luka dengan epitelisasi,  low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.

Hydrocolloid
Balutan  ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap, melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai  dressing primer atau sekunder,  support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough .
Terbuat dari pektin, gelatin,  carboxy-methylcellulose, dan elastomers.
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.

Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan  darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka.
Indikasi: luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering.
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.

Dressing  Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydroi ber  dengan spektrum luas termasuk bakteri MRSA ( methicillin-resistant Staphy-lococcus aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi.
Balutan antimikrobial tidak disarankan digunakan  dalam jangka waktu lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.

Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari  diakylcarbamoil chloride , non-absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang banyak, luka terinfeksi, dan memerlukan balutan sekunder.
Medical Collagen Sponge Terbuat dari bahan  collagen dan  sponge.
Digunakan  untuk merangsang percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat minimal dan memerlukan balutan sek under.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Casey G. Modern wound dressings.  Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51.
  2. Kane D. Chronic wound healing and chronic wound management. In: Krasner D, Rodeheaver, editors. Health Management Publications; 1990.
  3. Singer AJ, Clark RAF. Mechanisms of disease: Cutaneous wound healing. N Engl J Med. 1999; 341(10): 738-46.
  4. Wayne PA, Flanagan. Managing chronic wound pain in primary care. Practice Nursing; 2006; 31:12.
  5. Theoret CL. Clinical techniques in equine practice. 3 ed. 2004. Chapter 2, Update on wound repair; p.110-22.
  6. Sibbald RG, Keast DH. Best practice recommendations for preparing the wound bed: Update 2006, clinical practice, wound care.  Canada; 2006: 4(1).
  7. Fernandez R, Grii  ths R, Ussia C. The ef  ectiveness of solutions, techniques and pressure in wound cleansing.  JBI Reports 2004; 2(7): 231-70.
  8. Ropper R. Principles of wound assessment and management. Practice Nurse 2006; 31: 4.
  9. Bryant RA, Clark RA, Nix DP. Acute and chronic wounds. Current management concepts. 3rd ed. St Louis, Mo: Mosby Inc; 2007: 100-29.
  10. Rippon M, White R, Davies P. Skin adhesives and their role in wound dressings. Wounds UK 2007; 3(4): 76-86.
  11. World Union of Wound Healing Societies. Principles of best practice: Minimising pain at wound dressing-related procedures. A consensus document. Toronto: WoundPedia Inc; 2007.
  12. Collier J. A moist, odour-free environment. A multicentred trial of a foamed gel and a hydrocolloid dressing. Prof Nurse 1992; 7(12): 804-8.
  13. Bowszyc J, Bowszyc-Dmochowska M, Kazmier owski M, Ben-Amer HM, Garbowska T, Harding E. Comparison of two dressings in the treatment of venous leg vulcers. J Wound Care 1995; 4(3):106-10.
  14. Thomas S, Banks V, Bale S, Fear-Price M, Hagelstein S, Harding KG, et al. A comparison of two dressing in the management of chronic wounds. J Wound Care 1997; 6(8): 383-6.