A. Definisi
Luka
bakar adalah kerusaan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontakdengan
sumber panas seperti api,air panas,bahan kimia,listrik dan radiasi.
(Smeltzer,suzanna,2002).Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan
terapi dan perawatan,luka bakar di klasifikasikan berdasarkan
penyebab,kedalaman luka,dan keseriusan luka yakni :
1) Berdasarkan
penyebab
a. Luka
bakar karena api
b. Luka
bakar karena air panas
c. Luka
bakar karena bahan kimia
d. Luka
bakar karena listrik
e. Luka
bakar karena suhu rendah(frost bite)
2) Berdasarkan
kedalaman luka bakar
a.
Luka bakar derajat I
b.
Luka bakar derajat II
1) Derajat
II dangkal (superficial)
2) Derajat
II dalam (deep)
c.
Luka bakar derajat III
3) Berdasarkan
tingkat keseriusan luka
American Burn ASSociation
menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori :
a. Luka
bakar mayor
b. Luka
bakar moderat
c. Luka
bakar minor
4) Ukuran
luas luka bakar
Dalam
menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu:
a.Rule
of nine
i.
Kepala dan leher : 9%
ii.
Dada depan dan belakang
: 18 %
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan
energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau radiasi
elektromaknetik.
Berdasarkan
perjalanan penyakitnya luka bakar di bagi menjadi 3 fase,yaitu :
1) Fase
akut
Pada
fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya
cidera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cidera termis
bersifat sitemik
2) Fase
sub akut
Fase
ini berlansung setelah syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi ,sepsis dan penguapan
cairan tubuh di sertai panas/energi.
3) Fase
lanjut
Fase
ini berlangsung setelah terejadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.Masalah
pada fase ini adalah
timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C.
Manifestasi klinis
1. Berdasarkan
kedalaman luka bakar
a. Luka
bakar derajat I
1) Kerusakan
terjadi pada lapisan epidermis
2) Kulit
kering,hiperemi berupa eritema
3) Tidak
di jumpai bulae
4) Nyeri
karena ujung-ujung syaraf sensorik
teriritasi
5) Penyembuhan
terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luak
bakar derajat II
1) Kerusakan
meliputi epidermis dan sebagian dermis,berupa reaksi inflamasi di sertai proses
eksudasi
2) Dijumpai
bulae Nyeri
karena ujung-ujung syaraf gteriritasi
3) Dasar
luka berwarna merah atau pucat,seing gterletak lebih tinggi diatas kulit
normal.
Luka bakar derajat II ini di bedakan menjadi dua
yaitu:
1) Derajat
II dangkal (superficial)
Kerusakan
mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ kulit
seperti volikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih utuh Penyembuhan terjadi
spontan dalam waktu 10-14 hari
2) Derajat
II dalam (deep)
Kerusakan mengenai
hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ
kulit seperti volikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh. Penyembuhan
terjadi lebih lama tregantung epitel yang tersisa.Biasanya penyembuhan yang
terjadi lebih dari sebulan
c. Luka
bakar derajat III
Kerusakan
meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-organ kulit
seperti volikel rambut,kelenjar keringat,kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak di jumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu/ dan pucat karena
kering letaknya lebih rendah di banding kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai eskar. Tidak di jumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi,oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka
2. Berdasarkan
tingkat keseriusan luka
American
Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori.
a) Luka
bakar mayor
Luka bakar
dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anaak. Luka bakar
(fulthickness lebih dari 20%. Terdapat
luka bakar pada tangan,muka,mata,telinga,kaki dan perenium. Terdapat trauma
inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar
listrik berteganggan tinggi
b) Luka
bakar moderat
Luka bakar
dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak. Luka bakar fulthickness
kurang dari 10%. Tidak
terdapat luka bakar pada tangan muka,mata ,telinga,kaki dan perineum
c) Luka
bakar minor
Luka bakar minor
seperti yang di defenisikan oleh Trofino (1991) dan griglak (1992) adalah :
Luka bakar degan luas
kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak Luka
bakar fult kurang dari 2% tidak
terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan dan kaki luka tidak sirkumfrer tidak terdapat trauma
inhalasi, elektrik, fraktur
Pemeriksaan penunjang:
1. Labolatorium: Hb, Ht, leukosit, trombosit, gula darah, elektrolit, kreatinin, ureum, protein, albumin, hapusan luka, urine lengkap, AGD (bila
diperlukan),dll
2. Rontgen
: foto thorak,dll
3. EKG
4. CVP
: untuk mengetahui tekanan vena central,diperlukan pada luka bakar lebih dari
30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
D. Penatalaksaan
a. Pertolongan
pertama
1. Segera
hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh,misalnya dengan menyelimuti dan
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghen tikan pasukan oksigen pada api
yang menyala.
2. Singkirkan
baju,perhiasaan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket,karena jaringan
yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedema. Setelah sumber panas di
hilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiram nya dengan air
mengalir selama sekurang kurangnya 15 menit .Akan tetapi,cara ini tidak dapat
dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi.Es
tidak seharusnya
b. Penggantian
Darah
Luka bakar pada kulit memnyebabkan
terjadinya kehilangan sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan
kedalaman luka bakar. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama
setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polistemia terjadi pertama kali.
Oleh sebab itu, pemberin sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah proses
eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
c. Perawatan
luka Bakar
Setelah keadaan umum membaik dan
telah dilakukan resusitasi cairan, selanjutnya dilakukan perawatan luka.
Perawatan tergantunga pada karakteristik dan ukuran dari luka :
1. luka
bakar derajat 1, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian
salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu
dapat diberi NSAID ( ibuprofen, acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan.
2. luka
bakar derajat 2 (siperfisial), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan
perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami ( xenograf
(pig skin) atau allograf (homograf,caveder skin) atau bahan sintetis
(opsite,biobrane,transcyte,integra).
3. luka
derajat 2 (dalam) dan luka derajat 3, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok
kulit (early excision and grafting )
d. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan
kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita
luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat
memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah :
1. umur,
jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
2. riwayat
penyakit sebelumnya sperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan
lain-lain.
3. luas
derajat luka bakar
4. Suhu
dan kelmbabpan ruangan ( mempengaruhi kehilangan panas melalui evaporasi )
5. aktivitas
fisik dan fisioterapi
6. penggantian
balutan
7. rasa
sakit dan kecemasan
8. penggunaan
obat-obatan tertentu dan pembedahan
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang
paling ideal adalah dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung
menggunakan indrek kalorimetri karena alait ini telah memperhitungkan beberapa
faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukaan tubuh dan
adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan
faktor stres sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang bersedia di rumah sakit. Yang
sering direkomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dan Formula Harris Benedick yang melibatkan
faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula
dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria
: 66,5+(13,7 x BB) + (5x TB) – (6,8 x
U) x AF x FS
Wanita
: 65,6 + (9,6 x BB) + (1,8 x
TB) – (4,7x U) xAF x FS
e. Early
excision dan Grafting (E&G)
Dengan metode ini eschar diangkat secara operatif dan kemudian luak
ditutup dengan cangkok kulit (autograf atau allograft), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dialkuakn 3-7
hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari
luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah
yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki
resiko yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi pendarahan
masive akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan
luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka . ( James H. Holmes)
f. Escharotomy
Luka bakar grade 3 yang melingkar
pada ektremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama
apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan
keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan
kaki. Tanda dini iskemia adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai
baal pada ujung-ujung distal. Juga luka menyeluruh pada bagian thorax atau
abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan
dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai
penjepitan bebas. ( James H. Holmes)
g. Antibiotik
Pemberian antibiotik dapat secara
topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau
cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai berupa salep
antara lain : Silver sulfadiazine, Mafedine acetate, silver nitrate, Povidone-
iodine, Bacitracin ( biasanya untuk luka bakar grade 1 ), Neomycin, Polymiyixin
B, Nysatatin, mupirocin, Mebo.
h. MEBO/MEBT
( Moist Exposed Ointment / Therapy )
Merupakan broad spectrum ointment,
suatu preparat herbal, menggunakan zat alami tanpa kimiawi, terdiri dari :
1. Pengobatan
: beta sitoserol, bacailin, berberine, yang mempunyai efek Analgesik,
anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi pembentukan
jaringan parut.
2. Komponen
Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yng memberikan nutrisi untuk
regenerasi dan perbaikan kulit terbakar . Efek pengobatan :
a) menghilangkan
nyeri luka bakar
b) mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yang
terluka
c) Mengeluarkan
jaringan nekrotik denan mencairkannya.
d) membuat
lingkungan lembab pada luka, yang dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit
tersisa
e) kontrol
infeksi dengan membuat suasanan yang jelek untuk pertumbuhan kuman bukan dengan
membunuh kuman
f) merangnsang
oertumbuhan PRCs ( potensial regenerative cell) dan stem cell untuk penyembuhan luka dan mengurangi
terbentuknya jaringan parut.
g) mengurangi
kebutuhan untuk skin graft
Prinsip penanganan luka bakar dengan MEBO :
1. Makin
cepat diberi MEBO, hasilnya lebih baik ( dalam 4- 12 jam setelah kejadian )
2. Biarkan
luka terbuka
3. Kelembaban
yang optimal pada luka dengan MEBO
4. Pemberian
salep harus teratur dan terus menerus tiap 6-12 jam dibersihkan dengan kain
streil jangan dibiarkan kulit microvaskular menyebabkan thrombosit merusak
jaringan dibawahnya yang masih vital
5. pada
pemberian jangan sampai kesakitan / berdarah, menimbulkan perlukan pada
jaringan hidup tersisa
6. luka
jangan sampai maserasi maupun kering
7. tidak
boleh menggunakan densinfektan, saline atau air untuk Wound debriment
Flowchart
Dari Penanganan Luka Bakar
1. Earlier
Period (1-6 hari ); Blister disfungsi, kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pada
luka setebal 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi beri MEBO tiap6 jam , hari ke 3-5
kulit penutup bulla diangkat.
2. Lique Period
( 6-15 hari ); Angkat zat cair yang timbul diatas luka, bersihkan dgn kasa,
beri MEBO lagi setebal 1mm
3. Preparative
Period ( 10-12 hari ); bersihkan luka seperti sebelumnya. Beri MEBO dengn
ketebalan 0,5 1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6-8 jam.
4. Rehabilitation; bersihkan luka yang sembuh
dengan air hangat. Beri MEBO 0,5 mm, 1-2 kali/ hari. Jangan cuci luka yang
sudah sembuh berlebihan. Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari.
Kontrol Rasa
Sakit
Terapi farmakologi
yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestasi
seperti ketamin, N,O ( itrous oxide) digunakan pada prosedur yang dirasakan
sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik
seperti axiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepin
bersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari
opioid. ( James H. Holmes)
D. Masalah yang Lazim Muncul
1.
ketidakefektifan pola napas b.d deformitas dinding dada, keletihan oto-otot
pernafasan, hiperentilasi.
2. kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ( evaporasi akibat luka bakar )
3. penurunan
curah jantung b.d penurunan volume sekuncup jantung, kontraktilitas dan
frekuensi jantung .
4.
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka
5. kerusakan
integritas kulit b.d luka bakar yang terbuka
6. Nyeri akut
b.d saraf yang terbuka , kesembuhan luka dan penanganan luka bakar
7. gangguan
citra tubuh b.d perubahan pada penmpilan tubuh ( trauma )
8. Resiko
ketidakefektifan perfusi ginjal b.d menyrynnya sirkulasi darah ke ginjal (
hipoksia di ginjal)
9. resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak
10. resiko
infeksi b.d hilangnya barier kulit dan tergangguanya respon imun
11. defisiensi
pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
12. ansietas b.d
perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
E. Discharge Planing
1. jangan
menaruh es batu, margarine, atau air es langsung pada bagian kulit yang
mengalami luka bakar karena bisa mengakibatkan kerusakan lebih lanjut
2.
mempertahankan status nutrisi yang normal
3. oleskan krim
antibiotika atau salep khusus luka bakar sesuai anjuran dokter
4. tutupi luka
bakar dengan kasa steril
5. cucilah
tangan dengan sabun dan air sebelum mengganti kassa pembalut
6. Jangan
memecahkan dan menggaruk lepuhan luka bakar agar luka tidak terinfeksi
7. bersihkan
luka dengan kasa steril secara berkala
ASUHAN
KEPERAWATAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR
Pengkajian
1. Biodata
Terdiri
atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan
informasi apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari
klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi
anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas umur 80 tahun memiliki penilaian
tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C)
2. Keluhan
Utama
Keluhan
utama yang dirasakan klien luka bakar/combustion adalah nyeri, sesak nafas.
Nyeri dapat disebabkan karena karena iritasi terhadap syaraf. Dalam pengkajian
nyeri harus diperhatikan PQRST. Sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari
setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat
penyakit sekarang
Gambaran
keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalani perawatan ketika
dilakukan pengkajian.
4. Riwayat
penyakit masa lalu
Merupakan
riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka
bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol
5. Riwayat
penyakit keluarga
Merupakan
gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari
pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit
6. Pola
ADL
Meliputi
kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan
pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan
kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan
sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri
7. Riwayat
psikososial
Pada
klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu
klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan
takut.
8. Aktivitas
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus
9. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok
listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
10. Integritas
ego
Gejala: masalah
tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
12. Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
13. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
14. Pernafasan
Gejala:
terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak;
batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral
dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas
dalam(ronkhi)
15. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita
datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai
menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup
berat
b. TTV
Tekanan darah menurun
nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya
pengembalian darah pada 48 jam pertama.
c. Pemeriksaan
kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir
kering karena intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak/dada
Inspeksi bentuk thorak,
irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut
membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang
mengidentifikasi adanya gastritis
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena
jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang
paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
g. Musculoskeletal
Catat adanya atropi,
amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan
neurologi
Tingkat kesadaran
secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah
ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan
pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan oto-oto pernafasan
hiperfentilasi
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil
:
a.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas efektif,
tidak ada sianosis dan dypneu
b.
Menunjukkan jalan nafas yang paten
c.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway
Management
a.
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
b.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
d.
Pasang mayo bila perlu
e.
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
f.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.
Berikan bronkodilator bila perlu
Oxygen Terapi
a.
Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
b.
Pertahankan jalan nafas yang paten
c.
Atur peralatan oksigenasi
d.
Pertahankan posisi pasien
e.
Observasi adanya tanda-tanda hipofentilasi
f.
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital Sign
Monitoring
a.
Monitot TTV
b.
Catat adanta fluktuasi tekanan darah
c.
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
d.
Monitor suara paru
e.
Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
2.
Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
NOC : Tissue
Integriti : skin and mucous
Membranes
Hemodyalis akses
Kriteria hasil
:
a.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b.
Perfusi jaringan baik
c.
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
d.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan
kulit dan perawatan alami
NIC :
Pressure
Management
a.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembab
b.
Hindari kerutan pada tempat tidur
c.
Jaga kebersihan kulit agar tetpa bersih dan kering
d.
Mobilisasi pasien
e.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
f.
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
tertekan
g.
Monitoring status nutrisi pasien
Insision site
care :
a.
Monitor proses kesembuhan area insisi
b.
Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
c.
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka atau tidak dibalut sesuai program
3.
Nyeri akut berhubungan dengan syaraf yang terbuka, kesembuhan luka
dan penanganan luka bakar
NOC :
Paint level
` paint control
Comfort level
Kreteria hasil
‘
·
Mampu mengonrtol nyeri (tau penyebab nyeri ,mampu
mengunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkuarang dengan menggunakan
manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi dan
tanda nyeri )
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkuang
NIC:
Paint management
·
Lakukann pengkajian nyeri secara komperenhsif termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor presidipitasi
·
Observasi reaksi non ferbal dari ketidaknyamanan
·
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
keadaaan nyeri pasien
·
Kaji kulktur yang mempengaruhi respon nyeri
·
Kurangi faktor presipitasi nyeri
·
Ajarkan tentang teknik
farmokologi
·
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau
·
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Analgesik administration
·
Tentukan lokasi,
karakteristik kualitas ,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
·
Cek instruksi donter tentang jenis obat , dosis ,dan
frekuensi
·
Cek riwayat energi
·
Pilih analgesik yang di perlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
·
Pilih rute pemberian secara IV ,IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
·
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
·
Evaluasi evektifitas analgesik , tanda dan gejala
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal luka.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat ; kerusakan perlindungan
kulit
ASUHAN
KEPERAWATAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR
Pengkajian
16. Biodata
Terdiriatasnama,
umur, jeniskelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan informasi apabila
dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang
tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatas umur 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah
kematian (Lukman F dan Sorensen K.C)
17. KeluhanUtama
Keluhan
utama yang dirasakan klien luka bakar/combustion adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan karena karena iritasi terhadap syaraf. Dalam pengkajian nyeri harus
diperhatikan PQRST. Sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami
luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan
saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi
paru.
18. Riwayat
penyakit sekarang
Gambaran
keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalani perawatan ketika dilakukan
pengkajian.
19. Riwayat
penyakit masa lalu
Merupakan
riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka
bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai ri wayat penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol
20. Riwayat
penyakit keluarga
Merupakan
gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
klien, meliputi :jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit
21. Pola
ADL
Meliputi
kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apa bila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan
karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga
mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri
22. Riwayat
psikososial
Pada
klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain
itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
23. Aktivitas
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus
24. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok
listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
25. Integritas
ego
Gejala: masalah
tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
26. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
27. Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
28. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
29. Pernafasan
Gejala: terkurung
dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak;
batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral
dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafasdalam(ronkhi)
30. Pemeriksaan fisik
i.
Keadaan umum
Umumnya penderita datang
dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan
tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
j.
TTV
Tekanan darah menurun nadi
cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian
darah pada 48 jam pertama.
k. Pemeriksaan
kepala dan leher
7) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
8) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
9) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok.
10) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah keotak, bibir kering
karena intake cairan kurang
11) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
12) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
l.
Pemeriksaan thorak/dada
Inspeksi bentuk thorak,
irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
suara nafas tambahan ronchi
m. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit
karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang
mengidentifikasi adanya gastritis
n. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika
ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling
nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
o. Musculoskeletal
Catat adanya atropi,
amati kesimetrisan otot, bilater dapat luka baru pada muskulo skleletal,
kekuatan otot menurun Karena nyeri
p. Pemeriksaan
neurologi
Tingkat kesadaran secara
kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah keotak kurang
(syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
DIAGNOSA
6. Ketidakefektifan
pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan hiperventilasi
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil
:
d.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas efektif,
tidak ada sianosis dan dypneu
e.
Menunjukkan jalan nafas yang paten
f.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway
Management
i.
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
j.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
k.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
l.
Pasang mayo bila perlu
m.
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
n.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
o.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
p.
Berikan bronkodilator bila perlu
Oxygen Terapi
g.
Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
h.
Pertahankan jalan nafas yang paten
i.
Atur peralatan oksigenasi
j.
Pertahankan posisi pasien
k.
Observasi adanya tanda-tanda hipofentilasi
l.
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital Sign
Monitoring
f.
Monitot TTV
g.
Catat adanta fluktuasi tekanan darah
h.
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
i.
Monitor suara paru
j.
Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
7. Kerusakan
integritas kulit b.d luka bakar terbuka
NOC : Tissue
Integriti : skin and mucous
Membranes
Hemodyalis akses
Kriteria hasil
:
e.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
f.
Perfusi jaringan baik
g.
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
h.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan
kulit dan perawatan alami
NIC :
Pressure
Management
h.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembab
i.
Hindari kerutan pada tempat tidur
j.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
k.
Mobilisasi pasien
l.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
m.
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
tertekan
n.
Monitoring status nutrisi pasien
Insision site
care :
d.
Monitor proses kesembuhan area insisi
e.
Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
f.
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka atau tidak dibalut sesuai program
8. Nyeri akut berhubungan dengan syaraf yang
terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar
NOC :
Paint level
` paint control
Comfort level
Kreteria hasil
‘
·
Mampu mengonrtol nyeri (tau penyebab nyeri ,mampu
mengunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkuarang dengan menggunakan
manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi dan
tanda nyeri )
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkuang
NIC:
Paint management
·
Lakukann pengkajian nyeri secara komperenhsif termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor presidipitasi
·
Observasi reaksi non ferbal dari ketidaknyamanan
·
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
keadaaan nyeri pasien
·
Kaji kulktur yang mempengaruhi respon nyeri
·
Kurangi faktor presipitasi nyeri
·
Ajarkan tentang teknik
farmokologi
·
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau
·
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Analgesik administration
·
Tentukan lokasi,
karakteristik kualitas ,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
·
Cek instruksi donter tentang jenis obat , dosis ,dan
frekuensi
·
Cek riwayat energi
·
Pilih analgesik yang di perlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
·
Pilih rute pemberian secara IV ,IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
·
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
·
Evaluasi evektifitas analgesik , tanda dan gejala
9. Resiko tinggi kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute abnormal luka.
10. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan pertahanan primer tidak adekuat ; kerusakan perlindungan kulit
No comments:
Post a Comment