Lantas apa yang membuat buku ini menarik ? sebelum masuk ke topik ini ada baiknya kita bahas sedikit tentang genetika. Kombinasi genetik yang dihasilkan dari perkawinan dapat menghasilkan tujuh trilliun kombinasi, dan tidak ada jaminan kedua orang tua pintar akan menghasilkan keturunan pintar, atau kedua orang tua rupawan akan menghasilkan keturunan yang juga rupawan (sepertinya beberapa artis Indonesia sudah membuktikan hal ini). Ketika seseorang telah menjadi manusia dewasa seberat 60 kg misalnya, maka dia memiliki enam puluh trilliun sel (sedangkan bayi memiliki kurang lebih 3 trilyun sel), yang semuanya memiliki DNA yang sama. Walau pun kuku dan otak kita anggap tidak memiliki kesamaan tetapi dalam tingkat sel mereka adalah sama, hanya saja setting on/off untuk setiap gen-nya saja yang berbeda. Semua sel kita bemula dari satu yang membelah diri menjadi dua, lalu membelah diri menjadi empat, dan seterusnya, serta dilanjutkan dengan mekanisme koordinasi yang masih misterius bagaimana setiap sel saling membagi fungsi dan peran dalam pembentukan organ. Meniadakan Tuhan dalam kasus ini sama saja dengan berharap sebuah mobil yang terdiri dari ribuan parts, dapat merakit dirinya sendiri menjadi suatu mobil.
Karena
 berasal dari sel yang sama, maka setiap bagian tubuh dapat digunakan 
untuk proses ”cloning”. Kode genetik pada setiap sel tersusun oleh lebih
 dari tiga milliar “huruf2 kimia” (adenin, timin, guanin dan sitosin)  dalam
 untaian mikroskopik dan hanya memiliki berat 1/200 miliar gram dengan 
lebar 1/500.000 mm dan jika direnggang-kan dapat mencapai 3 meter.  Jika
 anda mengiris kawat dengan diameter 1 mm secara memanjang, sehingga 
didapat kawat dengan diameter 1/100 kawat sebelumnya, maka ini masih 
lima ribu kali lebih tebal dibanding sehelai DNA. 
Meski
 sifat2 tertentu diwariskan secara genetik, namun gen kita dilengkapi 
dengan suatu mekanisme on/off. Misal ketika seseorang berolah raga, maka
 gen yang berhubungan dengan otot akan aktif sebaliknya gen yang 
berhubungan hal2 yang merugikan kesehatan akan padam. Tetapi penemuan 
terpenting Kazuo adalah bahwa mekanisme on/off ini ternyata dapat 
diaktifkan melalui sikap mental. Nah apa hal2 yang secara mental akan 
menyalakan gen positif ?, dalam buku ini Kazuo menyebutkan, sifat 
memberi tanpa mengharapkan balasan, sikap selalu bersyukur, sikap untuk 
terus berpikir positif meski sedang menghadapi hal2 yang tidak nyaman, 
berada dalam lingkungan yang positif. Contoh dampak lingkungan pada 
perubahan adalah sebuah pohon tomat yang setiap batangnya hanya berbuah 
puluhan tomat dapat menghasilkan 12.000 tomat, dimana dia ditempatkan 
pada lingkungan yang mengaktifkan gen2 positif-nya dengan cara 
hidroponik.  
Kesimpulan
 menarik lainnya, berbeda dengan Darwin yang menjelaskan bahwa 
persaingan adalah kunci untuk sukses dan sekaligus cikal bakal evolusi, 
dalam konteks genetika yang terjadi adalah sebaliknya. Setiap sel meski 
tadinya identik, akan menyesuaikan dengan takdirnya dengan mengeset DNA 
masing2. Ada yang menjadi sel otak, sel tulang, sel otot, sel hati, dll.
 Lantas meski sama2 sel otak misalnya, mereka masih berbagi tugas, ada 
yang menjadi sel otak kiri misalnya dan ada yang kanan, dst. Jadi sama 
sekali tidak ada persaingan dalam konteks sel, sehingga ketika semua sel
 mencapai bentuk dan fungsi masing2, maka kerjasama tahap yang lebih 
tinggi pun terjadi yaitu kerjasama antar organ. 
Meski
 mendukung riset yang lebih mendalam terhadap genetika, namun Kazuo juga
 berpendapat perkembangan ilmu ini tidak boleh melanggar hukum alam. 
Kazuo juga menggaris bawahi bahwa meski kini, gen manusia telah dapat 
dipetakan seluruhnya, namun dia menyadari masih sangat banyak misteri 
yang ada dalam area ini, termasuk campur tangan Tuhan (Kazuo menyebutnya
 sebagai “Sesuatu Yang Agung”) yang menjadi jawaban atas eksistensi 
nyawa. Apa salah satu misteri dalam genetika ? Francis Crick dalam 
bukunya “The Astonishing Hypothesis : Scientific Search for The Soul” 
menyimpulkan bahwa meski gen meski memiliki kesinambungan fisik dengan 
manusia, tetapi tidak memiliki jiwa,  karena jiwa berada di dimensi lain serta sudah sepantasnya akan terus menjadi misteri Tuhan bagi kita. 
No comments:
Post a Comment